BANDA ACEH, KOMPAS.com — Krueng Arakundo telah lama dikenal banyak orang. Arakundo sempat melambung ke seantero Nusantara saat tragedi dakwah di Idi Cut pada Rabu, 3 Februari 1999, yang berakhir dengan tewasnya banyak warga yang dibuang ke Krueng Arakundo. Riak Krueng Arakundo seperti mempunyai karakter tersendiri. Airnya yang keruh dan menguning kadang-kadang deras dan kadang melambat seperti dibawa angin.
Kini sebagian besar zona Arakundo dijadikan lokasi pertambangan pasir oleh warga sekitar untuk mencari nafkah demi keluarga mereka. Setelah lama tak terdengar, kini nama Arakundo mulai mencuat lagi ke permukaan dan menjadi buah bibir warga sekitar. Santer dibicarakan mengenai “penghuni” Krueng Arakundo menyusul tenggelamnya dua bocah warga Blang Gleum, Kecamatan Julok, masing-masing Zubir (7) dan Putri (6) yang tenggelam, Minggu (6/9) sekitar pukul 16.30 WIB.
Jasad kedua bocah ini ditemukan secara terpisah oleh tim pencari. Warga sekitar menyakini kedua bocah ini dimangsa Balum Bili atau disebut pasir mengambang dalam bahasa Indonesia, setelah melihat sejumlah hal aneh sebelum tenggelamnya dua bocah itu. Benarkah, Senin (7/9) sekitar pukul 10.00, satu jam sebelum jasad Putri ditemukan tim SAR Aceh Utara, suasana terlihat begitu tegang. Ratusan warga termasuk teman-teman korban tumpah ruah ke pinggir sungai yang di sekitarnya ditumbuhi semak belukar. Kondisi air sungai menguning pekat, sebagian keluarga Putri juga ikut menyaksikan operasi pencarian sambil tertunduk lesu di pinggir sungai Arakundo. Lokasi itu sekitar dua kilometer dari badan jalan Medan-Banda Aceh.
Desas-desus berkembang bahwa kedua bocah ini diambil penunggu sungai, orang Aceh sering menyebutnya Balum Bili. Malah, sebagian besar warga yang hadir berkeyakinan, bocah putri dan temannya seperti dipanggil maut karena lokasi tempat mereka bermain tidak pernah dikunjungi anak-anak dan jarang pula disinggahi warga biasa, kecuali para penambang pasir.
Menguatnya dugaan, para bocah itu dimangsa Balum Bili ketika pencarian yang berlangsung sejak Putri tenggelam, Minggu (6/9) sore hingga Senin pagi belum membuahkan hasil. Lalu, warga melalui Mukim Julok Cut, Tgk Abdullah Harun, berinisiatif meminta Kapolsek Julok Iptu Samsuar AM yang berada di lokasi untuk melepaskan tembakan ke dalam sungai.
Menurut Mukim Julok Cut, warga di sana berkeyakinan Balum Bili takut dengan suara mesiu senjata api. Biasanya korban akan dilepaskan maksimal lamanya dua jam setelah tembakan dilepaskan. Menjelang pukul 11.00, Kapolsek memerintahkan seorang personel polisi melepaskan empat kali tembakan dari senjata AK-47 ke dalam sungai hingga memecahkan keheningan Arakundo. Selama 30 menit berselang, Tim SAR Aceh Utara berhasil menemukan jasad Putri dengan posisi telungkup di permukaan sungai.
Temuan ini sempat mencengangkan warga, dan dugaan dimangsa Balum Bili seperti tak terbantah lagi. Jasad Putri diangkat ke speedboat dengan rambutnya yang terburai dan badan mungilnya yang sudah kaku. Nyaris seketika keluarga korban berteriak dan menangis histeris saat jasad Putri dirapatkan ke daratan.
Namun, tim SAR kembali menarik speedboat ke tengah sungai agar jasad Putri bisa segera dimasukkan ke kantong mayat yang telah disiapkan. “Kebiasaan dan menurut keyakinan kami di sini bahwa korban itu dimangsa Balum Bili, dan apabila dilepaskan tembakan ke sungai biasanya akan dilepaskan. Bapak kan sudah lihat sendiri bagaimana, setelah tembakan dilepaskan, jasad Putri ditemukan,” kata Tgk Abdullah Harun meyakinkan.
Tgk Abdullah yang ketika itu badannya dibasahi keringat mengaku tidak ada cara lain yang harus dilakukan. Sebab, pencarian yang berlangsung lama masih belum membuahkan hasil. Jika upaya tembakan tidak berhasil, maka jasad korban dipastikan sulit ditemukan kecuali beberapa waktu mendatang. Tidak hanya itu, Fani, teman korban Zubir dan Putri yang selamat, juga mengungkapkan keanehan saat hendak menolong Putri. Dari mata korban terlihat seperti cairan darah sehingga hal itu memupuskan niat Fani untuk menolong.
Firasat
Nita (29), kakak Putri yang ditemui Serambi menceritakan, awalnya adiknya itu minta izin kepada ibunya, Azmi, untuk pergi mencari kerang. “Ibu pikir ketika adik minta izin hendak ke meunasah, karena sedang ada kenduri di meunasah. E, nggak tahunya malah datang bermain ke sungai,” ujar Nita sambil menahan rasa sedih. Ia mengaku, keluarganya mengetahui Putri tenggelam dari rekannya, Fani, yang memberitahukan bahwa Putri dan Zubir sudah tenggelam di Sungai Arakundo.
Nita menambahkan, sebelum peristiwa nahas itu ia sempat bermimpi buruk bahwa adiknya itu terus minta berenang di kamar mandi. “Kalau ibu saya banyak juga firisat aneh tentang Putri. Sebelumnya saya juga bermimpi adik saya minta tolong sama saya,” beber Nita sambil menyeka matanya yang berair.
Sekretarus Tim SAR Aceh Utara, Hasballah Ali, yang turut membantu pencarian Putri mengatakan usai menerima laporan dan permintaan bantuan, pihaknya langsung menuju Sungai Arakundo. Tiba sekitar pukul 09.00 WIB, pihakya menurunkan 10 personel Tim Scuba (penyelam) untuk melakukan pencarian jasad Putri di dalam air yang sangat kuning dan keruh itu.
“Jarak pandang dalam air sungai ini di bawah nol meter. Yang sedikit menguntungkan arus tidak deras, sehingga memudahkan pencarian. Namun, di bawah sungai ada kawat bronjong yang kita takutkan penyelam bisa tersangkut. Tapi insya Allah korban sudah kita temukan dan tim pencari selamat semua,” ujar Hasballah Ali. Bocah Zubir yang ditemukan sebelumnya dikebumikan di kawasan Blang Uyok, Julok, sedangkan jasad Putri yang ditemukan kemarin difardukifayahkan di rumah duka, Desa Blang Gleum, Kecamatan Julok, Aceh Timur.
Percaya atau tidak percaya, Arakundo berpenghuni atau yang sering disebut Balum Bili, setiap tahunnya, menurut cerita rakyat, memangsa korban. Yang Jelas di Aceh, cerita Balum Bili yang berbentuk seperti kelambu itu secara turun temurun dari generasi ke generasi terus dipercaya.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.